Senin, 21 Februari 2011

METODE PENELITIAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN

1.Studi Korelasi
Seorang peneliti dapat menggunakan variasi dari metode korelasi, jika seorang peneliti berminat untuk memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi (Veitch & Arkkelin, 1995). Studi ini menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan atau peristiwa yang terjadi di alam nyata tanpa dipengaruhi oleh pengumpulan data.
Namun sesempurna apapun suatu studi juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari studi kasus adalah lemahnya validitas internal, berkebalikan dengan studi laboratorium yang memiliki tingkat validitas internal yang lebih tinggi, namun memliki validitas eksternal yang lebih rendah jika dibandingkan dengan studi korelasi.
2. Eksperiment Laboratorium
Jika peneliti tertarik untuk memastikan tingkat validitas internal yang tinggi, maka studi inilah yang sangat tepat (Veitch & Arkkelin, 1995). Metode ini member kebebasan kepada peneliti untuk melakuakn manipulasi secara sistematik dengan tujuan mengurangi variable-variabel yang mengganggu. Metode ini mengambil subjeknya secara random, yang berarti semua subjek memiliki kesempatan yang sama dalam semua keadaan eksperimen. Namun kelemahan dari metode ini salah satunya adalah hasil yang diperoleh di laboratorium belum pasti dapat diterpkan di luar laboratorium.
3. Eksperimen Lapangan
Metode ini adalah metode penengah antara Korekasi dengan Eksperiment Laboratorium. Asumsinya adalah jika peneliti ingin menyeimbangkan validitas internal yang didapat dalam eksperiment laboratorium dengan validitas eksternal yang didapat dari studi korelasi. Dalam metode ini peneliti tetap melakukan manipulasi sitematis, hanya bedanya peneliti juga harus member perhatian pada variable eksternal dalam suatu seting tertentu
4. Teknik-Teknik Pengukuran
Beberapa disajikan beberapa contoh tekhnik pengukuran dengan keunggulannya masing-masing, antara lain mudah dalam scoring, administrasi maupun dalam proses pembuatannya. Antara lain:
• Self-report
• Kuisioner
• Wawancara atau Interview
• Skala Penilaian
Sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf

PENDEKATAN TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN

1. TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN
• Arousal Theory (Teori Arousal)
Arousal memiliki arti harfiah yang berarti pembangkit. Pembangkit maknanya adalah gairah atau emosi individu untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya saja saat kita kuliah pada mata pelajaran yang tidak menyenangkan, atau materi yang tidak kita suka. Maka secara otomatis kita akan mengantuk atau merasa lelah lebih cepat. Hal tersebut bisa diartikan bahwa kita tidak memiliki arousal untuk mata kuliah tersebut. Berkaitan dengan Psikologi Lingkungan adalah, saat arousal seseorang itu rendah maka kinerja dari orang tersebut menurun, dan sebaliknya saat makin tinggi tingkat arousal seseorang maka semakin tinggi pula konerja nya.
• Teori Beban Lingkungan
Teori ini mengatakan bahwa manusia memiliki pemrosesan informasi yang terbatas. Menurut Cohen (Fisher, 1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995), asumsi tersebut adalah:
1. Bahwa manusia memiliki kapasitas pemrosesan informasi yang terbatas.
2. Jumlah Atensi yang diberikan orang tidak konstan, namun lebih kepada kesesuaian dengan kebutuhan.
3. Ketika informasi yang masuk berlebih, maka perhatian tidak akan bekerja secara maksimal.
4. Stimulus yang masuk akan dipantau, jika stimulus tersebut memiliki makna dan diperhatikan maka aka nada pemrosesan lebih jauh, namun jika tidak akan langsung dibuang atau tidak ada pemrosesan lebih lanjut.
Apabila informasi yang masuk lebih besar dari kapasitas maka akan terjadi yang dinamakan dengan pemusatan perhatian, contohnya saja saat kita sedang menjalani ujian tengah semester, kita akan lebih fokus mengerjakan soal ujian dan lebih cenderung mengabaikan keadaan sekitar sampai soal yang kita kerjakan selesai.
Namun jika sebaliknya, saat stimulus yang datang lebih kecil dari kapasitas dapat terjadi kebosanan pada diri individu. Karena kurangnya stimulus dalam lingkungan juga dapat dikaitkan dengan kemonoton-an informasi yang datang ke diri individu.

• Teori Hambatan Perilaku
Pendapat teori ini adalah stimulasi yang berlebihan menyebabkan terjadinya penghambatan dalam memproses informasi. Sehingga berakibat hilangnya control dari individu terhadap situasi.
Menurut Brehm dan Brehm (dalam Veitch & Arkkelin, 1995), awal saat kita merasakan hilang kendali atau control terhadap lingkungan, maka mula-mula kita akan merasa tak nyaman dan berusaha untuk menekankan kembali fungsi kendali kita. Hal ini disebut dengan fenomena psychological reactance.
• Teori Tingkat Adaptasi
Teori ini memiliki kemiripan dengan teori beban lingkungan, yang dimana stimulus yang tinggi maupun rendah memiliki dampak negativ bagi perilaku individu. Namun nilai lain dari teori ini adalah pengenalan tingkat adaptasi pada individu, misalnya tingkat arousal atau adaptasi individu terbiasa dengan keadaan lingkungan atau tingkat pengharapan suatu lingkungan tertentu.
Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) membagi 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan:
1. Intensitas, yang berhubungan dengan kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi psikologis individu.
2. Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru sedkitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan informasi. Jika berlebih maka dapat terjadi yang dinamakan overload dan jika terlalu sedikit maka dapat terjadi kemonotonan.
3. Keterpolaan, berkaitan dengan keteraturan suatu pola sehingga dapat atau tidak dapatnya diprediksi oleh individu. Semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individu, dan begitupun sebaliknya.
Teori Stress Lingkungan
Teori in lebih menekankan pada peran fisiologi, kognisi maupun emosi dalam usaha manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Stress dapat terjadi saat respon stress atau beban melebihi kapasitas tingkat optimal. Hal yang dapat membuat individu menjadi stress disebut dengan stressor. Namun individu memiliki hal yang disebut dengan coping. Jika sumber-sumber coping tersebut habis maka dapat terjadi exhausted atau yang biasa kita sebut dengan kelelahan (Selye dalam Veitch & Arkkelin, 1995).
Sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf
http://pdfcast.org/pdf/beberapa-teori-psikologi-lingkungan

Senin, 14 Februari 2011

D. Ambient Psikologi Lingkungan

D. Ambient Psikologi Lingkungan
Wrighstman dan Deaux (1981) hubungannya dengan lingkungan fisik dan membedakany dalam dua kualitas lingkungan:
1. Ambient Condision
Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, cahaya, warna, kualitas udara, temperature dan kelembapan.
2. Architectural Features
Seting-seting yang bersifat permanen seperti, suatu ruangan didalamnya terdapat konfigurasi dinding, lantai, atap serta pengaturan perabot dan dekorasi. Dalam suatu gedung terdapat Architectural features meliputi lay out tiap lantai desain dan perlakuan ruang dalam dan sebagainya.
Sumber : http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab1- pendahuluan.pdf

C.Lingkup Psikologi Lingkungan

C. Lingkup Psikologi Lingkungan
Menurut Proshansky (1974), psikologi lingkungan memberi perhatian terhadap manusia,tempat serta prilaku dengan seting fisik. Ruang lingkup psikologi lingkungan membahas :
- Rancangan (desain)
- Organisasi Pemaknaan
- Hal-hal spesifik seperti, ruang-ruang,bangun-bangun, rumah sakit dan ruangannya, perumahan, apartemen, museum, sekolahan dan lain-lain.
Sarwono, 1992, jenis-jenis lingkungan didalam sosiologi yang bererapa diantaranya terdapat pada psikologi lingkungan :
- Lingkungan alamiah (natural environment), seperti : laut, hutan dan sebagainya
- Lingkungan buatan/binaan (built environment), jalan raya,perumahan, rumah susun, taman dan sebagainya.
- Lingkungan sosial
- Lingkungan yang dimodifikasi
Sementara menurut Veitch dan Arkkelin (1995), Psikologi Lingkungan merupakan suatu area yg bercabang dari sejumlah disiplin seperti, biologi,geologi, psikologi, ekonomi,sosiologi, kimia,fisika,sejarah,beserta sub disiplin dan rekayasanya.

Sumber : http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab1- pendahuluan.pdf

Sabtu, 12 Februari 2011

definisi psikologi lingkungan

B. Definisi Psikologi Lingkungan
Didalam mendefinisikan psikologi lingkungan terdapat beragam pengertian. Psikologi Lingkungan merupakan cabang ilmu dari psikologi yang mempelajari lingkungan fisik. Psikologi Lingkungan adalah hubungan prilaku manusia dengan lingkungan fisik merupakan definisi dari tokoh Heimstra dan Mc Farling. Menurut Gifford, Psikologi lingkungan adalah sebuah studi yang mempelajari individu dengan seting fisiknya.
Teori yang berorientasi lingkunan dalam psikologi banyak dikaji dalam behavioristik. Teori psikologi lingkungan dipengaruhi oleh tradisi besar maupun diluar psikologi. Ada tiga teori yang disebut dengan Grand Theories yang sering diaplikasikan dalam psikologi lingkungan yaitu teroi kognitif, behavioristik dan medan. Sedangkan bagi Gestalt prilaku manusia diperoleh dari proses-proses persepsi.
Dalam Psikologi lingkungan terdapat teori yang berorientasi lingkungan, salah satu aplikasinya adalah geographical determinant yang memandang prilaku manusia lebih ditentukan oleh faktor lingkungan dimana manusia hidup apakah di pesisir, dipegunugan ataupun di daratan. Averill (dalam Fisher.1984) mengatakan bahwa ada beberapa tipe kontrol terhadap lingkungan yaitu kontrol prilaku, kontrol kognitif, dan kontrol lingkungan.

Sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf

latar belakang psikologi lingkungan

A. Latar Belakang Psikologi Lingkungan
Kurt Lewin adalah tokoh yang pertama kali memperkenalkan field Theory atau bisa disebut juga dengan Teori Medan. Teori ini merupakan salahs atu langkah awal dari teori yang memeprtimbangkan interaksi antara lingkungan dengan manusia. Tingkah laku menurut Lewin yaitu fungsi dari pribadi dan lingkungan. Lewin merumuskan tingkah laku sebagai berikut : TL= f (P,L)

Keterangan’y : TL : Tingkah Langku
f : fungsi
P : Pribadi
L : Lingkungan

Berdasarkan rumusannya P (Pribadi) dan L (Lingkungan) merupakan variable bebas yang mempengaruhi sedngkan TL (Tingkah Laku) merupakan variable terikat yang dipengaruhi. (Veitch dan Arkkelin, 1995). Lewin juga memberikan istilah yaitu ekologi psikologi atau psychological ecology. Kemudian Egon dan mahasiswanya juga menyumbang istilah yaitu psikologi ekologi (ecology psychological). Roger Barker dan Herbert tidak mau kalah merekapun ikut menyumbang dengan memperkenalkan istilah seting prilaku yang juga disebut sebagai behavioral setting untuk ekologi kecil dalam kehidupan sehari-hari. Psikologi Arsitektur pertama kali dikemukakan dalam konferensi di Utah pada tahun 1961-1966.

Sumber: http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab1- pendahuluan.pdf