Kebutuhan beberapa anak-anak dapat difokuskan pada gaya belajar mereka yang unik, sementara beberapa orang tua lain mungkin akan lebih melihat pada sisi perhatian yang lebih luas, seperti misalnya anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental. Terlepas, apakah anak-anak dengan kebutuhan khusus menuntut lebih banyak daripada anak-anak yang tidak memiliki kelambatan perkembangan ,beberapa orangtua ternyata lebih banyak membenci mereka karena alasan fisik, emosional, mental, atau keterbatasan keuangan, dan mereka merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan anak mereka. Dalam kasus yang ekstrem, anak-anak ini sering dijadikan kambing hitam dalam setiap perselisihan yang terjadi di antara orang tua mereka.
Secara umum, anak-anak ini dianggap sebagai penyebab hilangnya kepercayaan diri dan hilangnya kenyamanan sosial mereka.
Hanya sedikit dari orang tua yang merasakan kehadiran anak-anak mereka yang unik ini sebagai hadiah Sang Pencipta yang perlu disyukuri.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian orang tua merasa karier mereka terhambat karena hadirnya anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus.
Sesungguhnya kunci utama dari keberhasilan pengelolaan anak-anak dengan kebutuhan khusus justru tergantung pada tiga hal yakni: 1.)kemampuan orang tua untuk menjaga perasaan kebencian mereka terhadap keadaan yang menimpanya dan 2.)kemampuan mereka untuk menerima kondisi yang ada. 3.) kemampuan mereka untuk menerima perasaan tidak nyaman dari keluarga lainnya.
Tiga hal tersebut menjadi fokus utama yang harus lebih dulu dipenuhi sebelum hal-hal yang lain dipersiapkan.
Apabila anda seorang terapis, atau bahkan apabila adalah orang tua yang memiliki anak-anak yang ‘dianugerahi’ ini ,pastikan anda membuat program khusus untuk memenuhi 3 (tiga) kriteria di atas. Perasaan menerima akan menjadi landasan awal penanganan anak-anak ini.
Anak-anak dengan kebutuhan khusus sebenarnya justru dapat memberikan kehidupan orangtua mereka menjadi lebih fokus dan bermakna bila mereka menyikapinya secara positif.. “Sebelum anak saya lahir, saya sering berganti pekerjaan. Aku tidak bertahan dengan apa-apa. Aku selalu marah karena aku tidak dipromosikan. Tapi semenjak aku fokus secara positif bagi anakku yang unik, kini menjadi berbeda keadaannya. Aku justru harus terus bekerja,dan aku merasa membutuhkan asuransi bagi perawatan anakku.” Demikian kata seorang ayah setelah mengikuti program “Stay with the True”.
Mereka yang sudah memiliki kemampuan untuk menerima keadaan dan kemampuan untuk membangun rasa syukur,secara tidak langsung mereka mulai membangun kapasitas pribadi dan intensitas hubungan social kea rah positif.
sumber : http://grahita.prohost.mobi/13091/show/40f33e12cdef87f73304717a7669c988&t=655c43f139e2ca72c3d2b67cb82c715d
0 komentar:
Posting Komentar