Kamis, 08 Desember 2011

Teman Baru ku (Part 1)

Hai.. udah lama gk cerita-cerita nih.. hehehe
sekarang aku mau cerita nh, aku punya teman baru, dia namanya Saki itu nama pangilan aja wat dia, klo nama panjangnya Usagi. Beda banget yaa sama nama pangilannya..hehehe . Karena kalo pangil usagi kepanjangan makanya ku malah lebih sering mangil Saki,hee. So qu pangil aja Saki.
Q dapet kelinci ini karena dikasih ma temen sekelas ku... Namanya Ica. Makasih yaa caa.. ^_^
Ini adalah peliharaan qu yg ke 2, yg pertama namanya Vito dia itu Kura-kura, Sekarng badannya sudah besar bgt, karena gk muat di akuarium'y, kebetulan ada tetangga tante aku anak'y suka sama kura-kura jadi Q kasih dia aja.. hehehehe

Oh iya balik lagi deh ke Saki.. dia itu jenis Kelinci Anggora. dia lucu bgt..dia bisa bikin mood qu yg tadinya negatif bisa jadi positif. Awalnya aku biasa aja sih, gk terlalu suka dengan hewan yg berbulu, itu karena papa Q yg gk suka sama hewan Kucing. Yaa jdinya aku kurang suka juga sama kucing, kelinci, dll.
Tapi Pas merawat Saki..punya kesenangan tersendiri.. okee deh klo gt.. lain kali aku lanjutin lagi yaa cerit y.. daaaa ^_*

Sabtu, 12 November 2011

Gangguan Kecanduan Internet (Ulasan Tulisan)

Gangguan Kecanduan Internet
Tujuan : Gangguan Kecanduan Internet pada Remaja
Sumber : http://blogsyurika.blogspot.com/2010/10/gangguan-kecanduan-internet-pada-remaja.html

Ulasan Tulisan :
Menurut yurika dalam blognya mengatakan, Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain. Internet merupakan salah satu teknologi buatan manusia yang digunakan untuk mempermudah manusia dalam mencari informasi di seluruh dunia.
Banyak sekali yang terdapat di internet, dari bagaimana kita mendapatkan informasi sampai bisa berkomunikasi. Komunikasi bisa dilakukan pada tempat yang jauh sekali pun dari ujung ke ujung dunia,dan bahkan bisa bermain bersama di dunia maya tanpa harus bertatap muka antara satu dengan yang lain.
Begitu banyak yang di berikan oleh dunia maya, sampai-sampai kita tidak perlu lagi keluar dari kamar untuk berbelanja bisa secara online. Akan tetapi semua kemudahan yang diberikan oleh dunia maya tidak sepenuhnya berdampak positif bagi seseorang. Internet pun memiliki dampak yang negatif pada seseorang yang tidak bisa menggunakannya dengan tepat dan bijak.
Seseorang bisa saja menjadi ketagihan atau kecanduan berlebihan dalam menggunakan internet. Seseorang itu bisa menjadi introvert, dia sulit berkomunikasi dengan orang-orang yang di sekitarnya. Itu sangat menggangu bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya,karena mereka akan sulit memahami apa yang diinginkan oleh orang tersebut.
Bahkan masalah yang lain pun muncul, seperti seorang anak yang malas sekolah tapi dia bersemangat untuk bermain game online, prestasinya pun menurun karena terlalu sering sekali membolos. Bahkan ada juga seorang anak yang menyisihkan uang jajannya dan tidak jajan di sekolah Karena ingin bermain game online di warnet. Tidak sedikit anak-anak seperti itu yang masih duduk di sekolah dasar sudah sering bermain game online. Mereka lebih sensitif dan cenderung lebih sering melakukan kekerasan pada saat menyelesaikan masalah dengan teman-temannya.

Jumat, 28 Oktober 2011

Internet Mempengaruhi Kepribadian Orang

Gangguan Kecanduan Internet
15 December 2009 4,042 views 4 Comments
Apakah Anda tidak pernah melepaskan diri dari komputer, laptop atau handphone 3G Anda? Apakah Anda seorang maniak internet? Kapanpun dan dimanapun Anda berusaha untuk online demi berbagai macam kepentingan, Padahal Anda tahu bahwa diri Anda bukanlah programmer, hacker, cracker, pengembang web atau admin sebuah jaringan? Apakah Anda menjadikan jejaring sosial sebagai satu-satunya media Anda untuk berinteraksi sosial? Serta Anda melakukannya sepanjang hari Anda? Anda terlena dengan dunia maya dan melupakan kenyataan diluar sana, jika ini semua yang Anda alami maka ketahuilah kemungkinannya Anda sudah mengidap gangguan kecanduan internet.
Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain. Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada manual diagnostik dan statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut dengan DSM, namun secara bentuk dikatakan dekat dengan bentuk kecanduan akibat judi, selain itu badan himpunan psikolog di Amerika Serikat secara formal menyebutkan bahwa kecanduan ini termasuk dalam salah satu bentuk gangguan.
Adiksi terhadap internet terlihat dari intensi waktu yang digunakan seseorang untuk terpaku di depan komputer atau segala macam alat elektronik yang memiliki koneksi internet, dimana akibat banyaknya waktu yang mereka gunakan untuk online membuat mereka tidak peduli dengan kehidupan mereka yang terancam diluar sana, seperti nilai yang buruk disekolah atau mungkin kehilangan pekerjaan dan bahkan meninggalkan orang-orang yang mereka sayangi.
Ditemukan kasus di Amerika dimana seseorang harus tidak lulus karena tidak pernah menghadiri kelas untuk sibuk berinternet. Sedangkan untuk kasus didalam negeri sendiri adalah seorang gadis usia 12 tahun kabur dari rumahnya selama 2 minggu, selama itu gadis tersebut mengaku tinggal disebuah warnet untuk memainkan game online (sumber: Media Indonesia).
Beberapa bentuk gejala kecanduan ditunjukkan dengan kurangnya tidur, kelelahan, nilai yang buruk, performa kerja yang menurun, lesu dan kurangnya fokus. Penderita juga cenderung kurang terlibat dalam aktivitas dan hubungan sosial. penderita akan berbohong tentang berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk online dan juga tentang permasalahan-permasalahan yang mereka tunda karenanya. Dalam keadaan offline mereka menjadi pribadi yang lekas marah saat ada yang menanyakan berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk berinternet.
Dr Ronald Pies, profesor psikiatri dari SUNY Upstate Medical University, New York, mengatakan “Kebanyakan dari orang-orang yang kecanduan internet adalah mereka yang mengalami depresi berat, kecemasan, atau orang yang tak bisa bersosialisasi sehingga mereka sulit untuk bertemu muka dengan orang lain secara langsung.” Dari hal tersebut maka diketahui bahwa kecenderungan kecanduan ini dimiliki oleh mereka yang memiliki gangguan dalam dunia nyata, sehingga internet merupakan salah satu media ‘pelarian’ mereka.
Ketidakmampuan seseorang dalam mengontol diri untuk terkoneksi dengan internet dan melakukan kegiatan bersamanya adalah cikal bakal dari lahirnya bentuk kecanduan ini, bahkan di Amerika Serikat sendiri telah berdiri panti rehabilitasi untuk menyembuhkan bentuk kecanduan khusus internet. kebiasaan yang tidak terkendali memang terkadang dapat menimbulkan petaka tersendiri bagi diri kita, dengan tidak bisa mengatur lamanya durasi berinternet, menghabiskan waktu dan menghancurkan semua tanggung jawab dalam kehidupannya.
Internet bukanlah sebuah bencana, sebaliknya, jelas internet telah membantu proses pencerdasan bangsa, mengubah dunia menjadi sebuah kampung kecil, dimana jarak dan waktu tidak lagi menghambat penyebaran informasi. Komunikasi antar manusia, walau jauh jaraknya, kini dengan adanya berbagai jejaring sosial telah memudahkan interaksi. Internet telah menjadikan dunia penuh dengan kemajuan, di desa dan di pelosok terdalam sekalipun dapat mengikuti setiap detik perkembangan dunia, pemerataan informasi dan pengetahuan semakin dirasakan nyata.
Kembali pada apa yang dilakukan seseorang dalam menggunakan teknologi ini, apakah bermanfaat atau tidak? apakah baik atau buruk? Perbandingannya, sebagai contoh, seperti ketika seseorang menghabiskan 24 jam nonstop, online demi mencari bahan untuk tugas akhir kuliahnya atau informasi bisnis atau mungkin juga melakukan promosi toko online yang dimilikinya, secara logika hal tersebut tidaklah ada salahnya, karena jelas pengunaannya bermanfaat sesuai dengan tujuan dan pekerjaannya. Namun, jika seseorang menghabiskan waktu untuk online untuk sekedar browsing selama 24 jam nonstop, sekedar saja, sekedar menonton video porno, sekedar main judi online, sekedar memainkan game online, sekedar kesenangan tak bermanfaat, kemudian meninggalkan tanggung jawabnya di dunia non-maya dan tidak memiliki tujuan yang penting dan berarti, maka ini diindikasikan sebagai gangguan atau sakit.
Segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik, kebiasaan berinternet yang sehat adalah dengan menyesuaikan jadwal dan juga kepentingan, serta tidak melupakan tanggung jawab yang dimiliki oleh masing-masing individu. Walau kini dunia maya selalu saja menghadirkan inovasi-inovasi terbaru, yang mana memungkinkan mereka yang tidak memiliki depresi berat, kecemasan atau gangguan sosial untuk ketagihan melakukan kegiatan dalam dunia maya, dengan demikian kebijaksanaan sebagai pengguna adalah dibutuhkan untuk mengimbanginya.
Banyak sekali manfaat yang telah diberikan internet kepada manusia, banyak pengetahuan dan juga informasi disini yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dengan demikian maka kebijaksanaan seseorang untuk menggunakan teknologi itu sendiri yang harus terus dikembangkan, sehingga tujuan awal dari penciptaan teknologi yaitu guna mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup manusia dapat benar-benar terwujud dikemudian hari.
(Amarilldo)
Sumber:
http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Internet-addiction-disorder.html
http://www.psychologytoday.com/articles/199803/trapped-in-the-web
http://allpsych.com/journal/internetaddiction.html
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/09/04/11040257/kecanduan.internet.ikut.rehabilitasi.saja
http://www.mediaindonesia.com/data/pdf/pagi/2008-12/2008-12-24_17.pdf
Sumber : http://ruangpsikologi.com/gangguan-kecanduan-internet

Ulasan Tulisan :
Internet merupakan salah satu teknologi buatan manusia yang digunakan untuk mempermudah manusia dalam mencari informasi di seluruh dunia. Banyak sekali yang terdapat di internet, dari bagaimana kita mendapatkan informasi sampai bisa berkomunikasi. Komunikasi bisa dilakukan pada tempat yang jauh sekali pun dari ujung ke ujung dunia,dan bahkan bisa bermain bersama di dunia maya tanpa harus bertatap muka antara satu dengan yang lain.
Begitu banyak yang di berikan oleh dunia maya, sampai-sampai kita tidak perlu lagi keluar dari kamar untuk berbelanja bisa secara online. Akan tetapi semua kemudahan yang diberikan oleh dunia maya tidak sepenuhnya berdampak positif bagi seseorang. Internet pun memiliki dampak yang negatif pada seseorang yang tidak bisa menggunakannya dengan tepat dan bijak.
Seseorang bisa saja menjadi ketagihan atau kecanduan berlebihan dalam menggunakan internet. Seseorang itu bisa menjadi introvert, dia sulit berkomunikasi dengan orang-orang yang di sekitarnya. Itu sangat menggangu bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya,karena mereka akan sulit memahami apa yang diinginkan oleh orang tersebut.
Bahkan masalah yang lain pun muncul, seperti seorang anak yang malas sekolah tapi dia bersemangat untuk bermain game online, prestasinya pun menurun karena terlalu sering sekali membolos. Bahkan ada juga seorang anak yang menyisihkan uang jajannya dan tidak jajan di sekolah Karena ingin bermain game online di warnet. Tidak sedikit anak-anak seperti itu yang masih duduk di sekolah dasar sudah sering bermain game online. Mereka lebih sensitif dan cenderung lebih sering melakukan kekerasan pada saat menyelesaikan masalah dengan teman-temannya.

Rabu, 25 Mei 2011

Stres

A. Definisi Stres
Stres adalah istilah dalam psikologi dan biologi, dipinjam dari fisika dan teknik dan pertama kali digunakan dalam konteks biologis pada 1930-an, yang dalam beberapa dekade terakhir lebih menjadi umum digunakan dalam bahasa popular. Hal ini mengacu pada konsekuensi dari kegagalan organisme - manusia atau hewan - untuk menanggapi tuntutan mental, emosional atau fisik, baik yang sebenarnya atau membayangkan. Tanda-tanda stres dapat kognitif, emosional, fisik atau perilaku. Tanda-tanda meliputi penilaian buruk, pandangan negatif umum, [rujukan?] Berlebihan mengkhawatirkan, kemurungan, iritabilitas, agitasi, ketidakmampuan untuk bersantai, merasa kesepian, terisolasi atau tertekan, sakit dan nyeri, diare atau sembelit, mual, pusing, sakit dada, cepat detak jantung, makan terlalu banyak atau tidak cukup, tidur terlalu banyak atau tidak cukup, penarikan penundaan, sosial atau mengabaikan tanggung jawab, alkohol meningkat, nikotin atau konsumsi narkoba, dan kebiasaan gugup seperti mondar-mandir sakit tentang, menggigit kuku dan leher.
Stres adalah hubungan stimulus-respon yang diobservasi, bukan stimulus atau respon. Stimulus merupakan suatu stresor bila stimulus tersebut menghasilkan respon yang penuh tekanan, dan respon dikatakan penuh tekanan bila respon tersebut dihasilkan oleh tuntutan, deraan, ancaman atau beban. Oleh karena itu, stres merupakan hubungan antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi kekuatannya dan mengancam kesehatannya (Lazarus & Folkman, 1984).
B. Model Stres
Cox (dalam Crider dkk, 1983) mengemukakan 3 model pendekatan stres, yaitu : Response-based model, Stimulus-based model, dan Interactional model.
-Response-based model
Stres model ini mengacu sebagai sekelompok gangguan kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi yang sulit.
-Stimulus based-model
Model ini mencoba mengidentifikasi pola-pola kejiwaan dan respon-respon kejiwaan yang diukur pada lingkungan yang sulit. Model stres ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimuli stres. Tiga karakteristik dari stimuli stres adalah overload, conflict, dan uncontrollability
-Interactional model
Model ini memperkirakan bahwa stres dapat diukur ketika dua kondisi bertemu, yaitu:
1. ketika individu menerima ancaman akam motif dan kebutuhan penting yang diwakilinya
2. ketika individu tidak mampu mengcoping stres
C.Jenis stres
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
-Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
-Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
D. Stres Lingkungan
Dalam mengulas dampak lingkungan binaan terutam terhadap stress psikologis, Zimring mengajukan dua pengandaian. Pertama, stress dihasilkan oleh proses dinamik ketika orang berusaha memperoleh kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu terhadap lingkungannya juga berbagai macam. Kedua, bahwa variabel transmisi harus diperhitungkan bila mengkaji stress psikologisyang disebabkan oleh lingkungan binaan. Misalnya perkantoran, status, anggapan tentang control, pengaturan ruang dan kualitas lain dapat menjadi variabel transmisi yang berpengaruh pada pandangan individu terhadap situasi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah situasi tersebut menimbulkan stress atau tidak.
Lazarus dan Folkman (dalam Baron dan Byrne, 1991) mengidentifikasikan stres lingkungan sebagai ancaman-ancaman yang dating dari dunia sekitar. Singer dan Baum (dalam Evans, 1982) mengartikan stres lingkungan dalam 3 faktor, yaitu :
1. Stressor fisik (suara)
2. Penerimaan individu terhadap stressor yang dianggap sebagai ancaman (appraisal of the stressor.
3. Dampak stressor pada organism (fisiologis)
E. Peran Stres dalam Memahami Hubungan Manusia dan Lingkungan
Individu dalam kehidupannya berinteraksi dengan lingkungan dan tergantung pada lingkungan. Individu banyak mengambil manfaat dari lingkungan. Namun, lingkungan juga bisa menimbulkan stress tersendiri bagi individu. Stress yang dialami individu yang disebabkan oleh lingkungan disebut stress lingkungan. Salah satu pendekatan untuk mempelajari psikologi lingkungan adalah stress lingkungan.

Paul A. Bell menjelaskan bahwa setelah individu mempersepsikan rangsangan dari lingkungannya, akan terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama, rangsangan itu dipersepsikan berada dalam batas ambang toleransi individu yang bersangkutan yang menyebabkan individu berada dalam keadaan homeostasis. Kemungkinan kedua, rangsangan itu dipersepsikan di luar ambang toleransi yang menimbulkan stress pada individu.

Menurut Veitch & Arkkelin (1995) stress dicirikan sebagai proses yang membuka pikiran kita, sehingga kita akan ketemu dengan sensor,menjadi sadar akan bahaya, memobilisasi usaha kita untuk mengatasinya, mendorong untuk melawannya, serta yang membuat kita berhasil atau gagal dalam beradaptasi. Ketika suatu sensor kita evaluasi, kita seleksi stategi-stategi untuk mengatasinya kita lakukan “pergerakan-pergerakan“ tubuh secara fisiologis dan psikologi untuk melawan stressor dan mengatasinya dengan suatu tindakan. Jika coping berhavior (perlakuan penyesuaian diri) ini berhasil, maka adaptasi akan meningkat dan pengaruh stress menghilangkan. Sementara jika coping berhavior gagal, maka stress akan menerus, pembangkitan fisik dan fisiologis tidak dapat dihindari sehingga penyakit fisik akan menyerang.

Ketika tidak mengalami stress, individu umumnya menggunakan banyak waktunya untuk mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam keadaan seperti itu, ada waktu-waktu tertentu dimana kita sebenarnya justru mengalami stress. Bahkan suatu stress terkadang tidak terkait dengan masalah ketidakseimbangan (disekuilibrium). Ada waktu-waktu tertentu, dimana lingkungan menyajikan tantangan yang terlalu besar atau individu dapat menghilangkannya dengan kemampuan coping behavior. Di lain pihak, individu juga dapat mengalami keduanya. Pada kondisi inilah terjadi disekuilibrium, yang tergantung dari proses-proses fisik, psikologis, dan fisiologis.

Berdasarkan psikologi stress menurut Veitch & Arkkelin (1995) terdapat dua bentuk appraisal (penilaian), yaitu appraisal primer dan appraisal sekunder. Apraisal primer lebih menekankan persepsi terhadap ancaman, sementara appraisal sekunder merupakan seleksi terhadap coping behavior dan evaluasi terhadap efektivitasnya.

Sumber :
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/stres.html
www.elearning.gunadarma.ac,id
http://en.wikipedia.org/wiki/Stress_%28biology%29
http://kasturi82.blogspot.com/2009/04/jenis-jenis-stres.html

Rabu, 13 April 2011

Privasi

Pengertian Privasi :
 Privasi adalah tingkat interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu, privasi merupakan kemampuan seseorang atau kelompok dalam mengontrol interaksi panca inderanya dengan pihak lain. Selain itu juga privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki oleh seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Privasi jugamerupakan suatu kemampuan untuk mengkontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan-pilihan dan kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan, adanya pilihan untuk menghindarkan diri dari keterlibatan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya, proses pengkontrolan yang selektif terhadap akses kepada diri sendiri dan akses kepada orang lain, serta menunjukkan adanya pilihan untuk menghindarkan diri dari keterlibatan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya.
Fungsi Privasi :
1.Pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersama-sama dengan orang lain.
2. Merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman atau jarak dalam berhubungan dengan orang lain.
3.Memperjelas identitas diri.
Privasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Privasi tinggi adalah bila ingin menyendiri dan hubungan dengan orang lain berkurang.
 2. Privasi rendah adalah bila hubungan dengan orang lain dikehendaki.

Macam tingkat privasi :
• Keterbukaan atau ketertutupan yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi denagn orang lain , atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai orang lain.

Ada 2 jenis orientasi mengenai privasi :
1. Tingkah laku menarik diri
 Solitude adalah keinginan untuk menyendiri
 Seclusion adalah keinginan untuk menjauh dari pandangan dan gangguan suara tetangga serta kebisingan lalu lintas
 Intimacy adalah keinginan untuk dekat dengan keluarga dan orang-orang tertentu , tetapi jauh dari semua orang.
2. Mengontrol informasi
 Anonmity adalah keinginan untuk merahasiakan jati diri
 Reserve adalah keinginan untuk mengungkapkan diri terlalu banyak kepada orang lain
 NotNeighboring adalah keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga

Faktor-faktor yang mempengaruhi privasi :
1.Faktor Personal.
2.Faktor Situasional.
3.Faktor Budaya

Privacy memiliki 2 jenis penggolongan
1. Golongan yang berkeinginan untuk tidak diganggu secara fisik.
a. Keinginan untuk menyendiri (solitude) misalnya ketika seseorang sedang dalam keadaan sedih dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun.
b. Keinginan untuk menjauhkan dari pandangan atau gangguan suara tetangga / lalu lintas (seclusion), misalnya saat seseorang ingin menenangkan pikirannya , ia pergi ke daerah pegunungan untuk menjauhkan diri dari keramaian kota.
c. Keinginan untuk intim dengan orang-orang tertentu saja, tetapi jauh dari semua orang (intimacy), Misalnya orang yang pergi ke daerah puncak bersama orang-orang terdekat seperti keluarga.
2. Golongan yang berkeinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri yang berwujud dalam tingkah laku hanya memberi informasi yang dianggap perlu.
a. Keinginan untuk merahasiakan jati diri (anaonimity)
b. Keinginan untuk tidak mengungkapkn diri terlalu banyak kepada orang lain (reserve)
c. Keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga (not neighboring)

Pengaruh Privasi terhadap Lingkungan menurut Altman (21975) menjelaskan bahwa fungsi psikologis dari perilaku yang penting adalah mengatur interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungan sosial. Bila seseorang dapat mendapatkan privasi seperti yang diinginkannya maka ia akan dapat mengatur kapan harus berhubungan dengan orang lain dan kapan harus sendiri. Maxine Wolfe dkk mencatat bahwa pengelolaan hubungan interpersonal adalah pusat dari pengalaman tentang privasi dalam kehidupan sehari-hari. Westin (dalam Holahan, 1982) mengatakan bahwa ketertutupan terhadap informasi personal yang selektif, memenuhi kebutuhan individu untuk membagi kepercayaan dengan orang lain.

Schwatrz (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa kemampuan untuk menarik diri ke dalam privasi dapat membantu membuat hidup ini lebih mengenakkan saat harus berurusan dengan orang-orang yang sulit. Westin (dalam Holahan, 1982) dengan privasi kita juga dapat melakukan evaluasi diri dan membantu kita mengembangkan dan mengelola perasaan otonomi diri. Otonomi ini meliputi perasaan bebas, kesadaran memilih dan kemerdekaan dari pengaruh orang lain. Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil suatu rangkuman bahwa fungsi psikologis dari privasi dapat dibagi menjadi dua yaitu, pertama privasi memainkan peran dalam mengelola interaksi sosial yang kompleks di dalam kelompok sosial. Kedua, privasi membantu kita memantapkan perasaan identitas pribadi.


Sumber :
Dharma, Agus.Teori Arsitektur 3.Jakarta:Gunadarma,1998.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab6-privasi.pdf

Teritorialitas

A.Pengertian Teritorialitas
Menurut Holahan (dalam Iskandar, 1999) teritoritas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan atau tempat yang di tempatinya atau area yang sering melibatkan cirri pemikirannya dan pertahanan dari segala serangan.
Menurut Lang (1987), terdapat empat karakter dari territorialitas, yaitu :
1. Kepemilikan atau hak dari suatu tempat
2. Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
3. Hak untuk mempertahankan diri dari ganggunan luar
4. Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis
Sedangkan menurut Altman (1975), teritorial bukan hanya alat untuk menciptakan privasi saja, melainkan berfungsi pula sebagai alat untuk menjaga keseimbangan hubungan sosial. Altman juga membagi territorialitas menjadi tiga, yaitu :
1. Teritorial Primer
Jenis tritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori uatam ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya karena menyangkut masalah serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya.
2. Teritorial Sekunder
Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Territorial ini juga dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Sifat teritori sekunder adalah semi-publik.
3. Teritorial Umum
Teritorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana teritorial umum itu berada. Teritorial umum dapat dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat.
Apa perbedaan ruang personal dengan teritorialitas? Seperti pendapat Sommer dan de War (1963), bahwa ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah.
Teritorialitas dan Perbedaan Budaya
Setiap budaya memilki teritorialitas dan perbedaan budaya yang berbeda dan menimbulkan berbagai macam ciri khas tertentu. Akibat perbedaan budaya tersebut muncul teritorialitas. Sebagai contoh orang Jawa biasanya memberikan wejangan kepada anak-anaknya “kalau menikah harus dengan orang Jawa juga”. Dari kata-kata wejangan tersebut dapat dilihat orang Jawa memberi teritorialitasnya kepada anak-anaknya sebagai suatu batasan atau pertahanan ciri khas suatu budayanya.

Sumber :
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab5-ruang_personal_dan_teritorialias.pdf

Ruang Personal

Katz adalah orang pertama kali yang mengunakan istilah personal space, istilah ini selain digunakan pada psikologi dipakai juga dalam bidang biologi, atropologi dan arsitektur (Yusuf, 1991). Masalah mengenai ruang personal ini berhubungan dengan batas-batas disekeliling seseorang. Menurut Sommer (dalam Altman,1975) ruang personal adalah daerah disekeliling seseorang dengan batas-batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukiny. Goffman (dalam Altman,1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak/daerah disekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri.
Beberapa definisi ruang personal secara implicit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain :
- Pertama, ruang personal adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain.
- Kedua, ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri.
- Ketiga, pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
- Keempat, ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecamasan, stress, dan bahkan pekelahian.
- Kelima, ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antara manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain : berhadapan, saling membelakangi, dan searah.
Menurut Edward T. Hall, seorang antropolog, bahwa dalam interaksi sosial terdapat empat zona spesial yang meliputi :
- jarak intim, jarak personal,
- jarak sosial, dan
- jarak public
Dalam eksperimen Waston& Graves (dalam Gfford,1987), yang mengadakan studi perbedaan budaya secara terinci, mereka menggunakan sampel kelompok siswa yang terdiri dari empat orang yang diminta datang ke laboratorium. Siswa-siswa ini diberitahu bahwa mereka akan diamati, tetapi tanpa diberi petunjuk dan perintah. Kelompok pertama terdiri dari orang-orang Arab dan kelompok lainnya terdiri dari orang Amerika. Rerata jarak interpersonal yang dipakaiorang Arab kira-kira sepanjang dari perpanjangan tangannya. Sedangkan jarak interpersonal orang Amerika terlihat lebih jauh. Orang-orang Arab menyentuh satu sama lain lebih sering dan orientasinya lebih langsung. Umumnya orang Arab lebih dekat daripada orang Amerika.
Mengikuti Hall, Watson (dalam Gifford,1987) menegaskan bahwa budaya dapat dibagi menjadi dua : Budaya kontak (Amerika latin, Spanyol, dan Maroko) duduk berjauhan satu sama lain daripada siswa-siswa dari kebudayaan non kontak (yaitu Amerika). Penelitian ini dibantu oleh Shuter, yang menjelaskan adanya bahaya dalam generalisasi yang mengatakan bahwa semua orang Amerika Latin menggunakan sejumlah ruang tertentu. Orang Costa Rika menyukai jarak personal yang lebih dekat dari pada orang Panama atau Kolombia. Sussman dan Rosenfeld (dalam Gifford,1987) menemukan bahwa orang jepang menggunakan jarak personal yang lebih lebar daripada orang Amerika, yang menggunakan lebih besar daripada orang Venezuela. Akan tetapi ketika orang jepang dan Venezuela berbicara dalam bahasa Inggris, jarak percakapan mereka seperti orang Amerika. Bahasa sebagai bagian pentingdari kebudayaan dapat mengubah kecenderungan budayaseseorang untuk menggunakan jarak interpersonal yang lebih atau kurang.

Sumber : Prabowo, H. 1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab5-ruang_personal_dan_teritorialias.pdf

Minggu, 10 April 2011

Definisi Kesesakan

Menurut Altman (1975), kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Perbedaaan pengertian antara crowding (kesesakan) dengan density(kepadatan) kadang-kadang keduanya memiliki pengertian yang sama dalam merefleksikan pemikiran secara fisik dari sejumlah manusia dalam suatu kesatuan ruang.
Menurut Baum dan Paulus (1987) menerangkan bahwa proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan empat faktor :
1. Karakteristik seting fisik.
2. Karakteristik seting sosial.
3. Karakteristik personal.
4. Kemampuan beradaptasi.
Menurut Stokols (dalam Altman, 1975) membedakan antara kesesakan bukan sosial (nonsocial crowding) yaitu dimana faktor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding, seperti sebuah ruang yang sempit, dan kesesakan sosial (social crowding) yaitu perasaan sesak mula-mula datang dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak. Stokols juga menambahkan perbedaan antara kesesakan molekuler dan molar. Kesesakan molar (molar crowding) yaitu perasaan sesak yang dapat dihubungkan denganskala luas, populasi penduduk kota, sedangkan kesesakan molekuler (moleculer crowding) yaitu perasaan sesak yang menganalisis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal.
Menurut Morris, (dalam Iskandar, 1990) memberi pengertian kesesakan sebagai defisit suatu ruangan. Hal ini berarti bahwa dengan adanya sejumlah orang dalam suatu hunian rumah, maka ukuran per meter persegi setiap orangnya menjadi kecil, sehingga dirasakan adanya kekurangan ruang. Besar kecilnya ukuran rumah menentukan besarnya rasio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia. Makin besar rumah dan makin sedikitnya penghuninya, maka akan semakin besar rasio tersebut. Sebaliknya, makin kecil rumah dan makin banyak penghuninya, maka akan semakin kecil rasio tersebut, sehinggaakan tinbul perasaan sesak (crowding) (Ancok, 1989).
Teori Kesesakan
Untuk menerangkan terjadinya kesesakan dapat digunakan tiga model teori, yaitu : Beban Stimulus, Kendala Perilaku, dan Teori Ekologi (Bell dkk, 1978; Holahan, 1982).
1. Model Beban Stimulus, yaitu : kesesakan akan terjadi pada individu yang dikenai terlalu banyak stimulus, sehingga individu tersebut tak mampu lagi memprosesnya.
2. Model Kendala Prilaku, yaitu : menerangkan kesesakan terjadi karena adanya kepadatan sedemikian rupa, sehingga individu merasa terhambat untuk melakukan sesuatu. Hambatan ini mengakibatkan individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkannya. Terhadap kondisi tersebut, individu akan melakukan psychological reactance, yaitu suatu bentuk perlawanan terhadap kondisi yang mengancam kebebasan untuk memiliih.
3. Model Teori Ekologi, yaitu : membahas kesesakan dari sudut proses sosial.
1. Teori Beban Stimulus
Pendapat teori ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa kesesakan akan terbentuk bila stimulus yang diterima individu melebihi kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari lingkungan. Schmidt dan Keating (1979) mengatakan bahwa stimulus disini dapat berasal dari kehadiran banyak orang besertaaspek-aspek interaksinya, maupun kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan sosial. Berlebihnya informasi dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:
(a) Kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan.
(b) Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat.
(c) Suatu percakapan yang tidak dikehendaki.
(d) Terlalu banyak mitra interaksi.
(e) Interaksi yang terjadi dirasa lalu dalam atau terlalu lama.
2. Teori Ekologi
Menurut Micklin (dalm Holahan, 1982) mengemukakan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia. Pertama, teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbal balik antara orang dengan lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan individu, dan organisasi sosial memegang peranan sangat penting. Ketiga, menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial.
Wicker (1976) mengemukakan teorinya tentang manning. Teori ini berdiri atas pandangan bahwa kesesakan tidak dapat dipisahkan dari faktor seting dimana dimana hal itu terjadi, misalnya pertunjukan kethoprak atau pesta ulang tahun.
Analisi terhadap seting meliputi :
1. Maintenance minim, yaitu jumlah minimum manusia yang mendukung suatu seting agar suatu aktivitas dapat berlangsung. Agar pembicaraan menjadi lebih jelas, akan digunakan kasus pada sebuah rumah sebagai contoh suatu seting. Dalam hal ini, yang dinamakan maintenance setting adalah jumlah penghuni penghuni rumah minimum agar suatu ruang tidur ukuran 4 x 3 m bisa dipakai oleh anak-anak supaya tidak terlalu sesak dan tidak terlalu longgar.
2. Capacity, adalah jumlah maksimum penghuni yang dapat ditampung oleh seting tersebut (jumlah orang maksimum yang dapat duduk di ruang tamu bila sedang dilaksanakan hajatan)
3. Applicant, adalah jumlah penghuni yang mengambil bagian dalam suatu seting.Applicant dalam seting rumah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
• Performer, yaitu jumlah orang yang memegang peran utama, dalam hal ini suami dan isteri.
o Non-performer, yaitu jumlah orang yang terlibat dalam peran-peran sekunder, dalam hal ini anak-anak atau orang lain dalam keluarga.
Besarnya maintenance minim antara performer dan non-performer tidak terlalu sama. Dalam seting tertentu, jumlah performer lebih sedikit daripada jumlah non-performer, dalam seting lain mungkin sebaliknya.
3. Teori Kendala Perilaku
Menurut teori ini, suatu situasi akan dianggap sesak apabila kepadatan atau kondisi lain yang berhubungan dengannya membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat.
Menurut Altman kondisi kesesakan yang ekstrim akan timbul bila faktor-faktor dibawah ini muncul secara simultan:
1. Kondisi-kondisi pencetus, terdiri dari tiga faktor :
(a) Faktor-faktor situsional, seperti kepadatan ruang yang tinggi dalam jangka waktu yang lama, dengan sumber-sumber pilihan perilaku yang terbatas.
(b) Faktor-faktor personal, seperti kurangnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam situasi yang padat dan rendahnya keinginan berinteraksi dengan orang lain yang didasarkan pada latar belakang pribadi, suasana hati, dan sebagainya.
(c) Kondisi interpersonal, sepwerti gangguan sosial, ketidak mampuan memperoleh sumber-sumber kebutuhan, dan gangguan lainnya.
2. Serangkaian faktor-faktor organismik dan psikologis seperti stress, kekacauan pikiran, dan persaan kurang enak badan.
3. Respon-respon pengatasan, yang meliputi beberapa perilaku verbal dan non verbal yang tidak efektif dalam mengurangi stress atau dalam mencapai interaksi yang diinginkan dalam jangka waktu yang panjang atau lama.
Faktor-Faktor yang Mempengaharui Kesesakan
Ada tiga faktor yang mempengarui kesesakan yaitu : personal, sosial, dan fisik.
1. Faktor Personal : Terdiri dari kontrol pribadi dan locus of control; budaya, pengalaman, dan proses adaptasi; serta jenis kelamin dan usia.
2. Faktor Sosial : Menurut Gifford (1987) secara personal individu dapat mengalami lebih banyak lebih sedikit mengalami kesesakan cenderung dipengaharui oleh karakteristik yang sudah dimiliki, tetapi di lain pihak pengaruh orang lain dalam lingkungan dapat juga memperburuk kedaan akibat kesesakan. Faktor-faktor sosial yang berpengaruh tersebut adalah:
(a) Kehadiran dan perilaku orang lain.
(b) Formasi koalisi.
(c) Kualitas hubungan.
(d) Informasi yang tersedia.
3. Faktor Fisik : Altman (1975), Bell dkk (1978), Gove dah Hughes(1983) mengemukakan adanya faktor situasional sekitar rumah sebagai faktor yang juga mempengaharui kesesakkan. Stessor yang menyertai faktor situasional tersebut seperti suara gaduh, panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, dan karakteristik seting. Faktor situasional tersebut antara lain :
(a) Besarnya skala lingkungan.
(b) Variasi arsitektural.


sumber : elearning.gunadarma.ac.id/…/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf
http://alvaroferanov.blogspot.com/2010/05/kepadatan-dan-kesesakan.html
http://raraajah.wordpress.com/2011/03/15/kesesakan-crowding/

Selasa, 01 Maret 2011

Kepadatan

A. Pengertian Kepadatan
- Menurut Sundstorm : Sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.
- Menurut - Sarwono : Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu ruang tertentu semakin banyak dibandingkan luas ruangan.
B. Katagori Kepadatan
1.Menurut Jain (1987) : Tingkat kepadatan penduduk dipengaruhi oleh unsure-unsur :
- Jumlah individu pada setiap ruang
- Jumlah ruang pada setiap unit rumah tinggal
- Jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian
- Jumlah struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman
2. Menurut Altman (dalam studi tahun 1920-an) : Variasi indikator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku sosial :
- Jumlah individu dalam sebuah kota
- Jumlah Individu pada daerah sensus
- Jumlah individu pada unit tempat tinggal
- Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal
- Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar
Sedangkan Teori Kepadatan Menurut Halohan yaitu :
1. Kepadatan Spasial (Spasial Density)
Terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit, sedangkan jumlah individu tetap.
2. Kepadatan Sosial (Social Density)
Terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi penambahan luas ruang.
C.Akibat Kepadatan Tinggi
Menurut Heimstra dan Mc Farling (1978) kepadatan memberikan akibat bagi manusia baik secara fisik, sosial maupun psikis. Akibat secara fisik yaitu reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit fisik lain (Heimstra dan McFarling, 1978).
Akibat secara sosial antara lain adanya masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja (Heimstra dan McFarling, 1978; Gifford, 1987).
Akibat secara psikis antara lain: stres, menarik diri, perilaku menolong (perilaku prososial), kemampuan mengerjakan tugas, perilaku agresi.
D.Kepadatan dan Perbedaan Budaya
Menurut Koerte (dalam Budihardjo, 1991) faktor-faktor seperti ras, kebiasaan, adat-istiadat, pengalaman masa silam, struktur sosial, dan lain-lain, akan menentukan apakah kepadatan tertentu dapat menimbulkan perasaan sesak atau tidak.

Setiadi (1991) bahwa bangsa Amerika sudah dapat merasakan dampak negatif yang luar biasa pada kepadatan sekitar 1500 orang/Ha, dengan terjadinya banyak penyimpangan perilaku sosial, pembunuhan, perkosaan, dan tindak kriminal lainnya. sementara itu, di jepang dan Hongkong dengan kepadatn 5000 orang/Ha pada bagian kota-kota tertentu, tenyata angka kejahatan/kriminal di sana masih lebih rendah.

Sumber : http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepadatan
http://rengge-rengge.blogspot.com/2010/05/kepadatan-density.html

Ambient Condition dan Architectural Features

Menurut Wrighstman dan Deaux (1981) membedakan dua bentuk kualitas lingkungan yang meliputi:

1. Ambient Condition
Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti; seound, cahaya, warna, kualitas udara, temperature dan kelembaban.

2. Architectural Features
Yang tercakup didalamnya adalah seting seting yang bersifat permanent. Misalnya di dalam suatu ruangan, yang termasuk didalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap serta pengaturan perabot dan dekorasi. Dalam suatu gedung architectural features meliputi lay out tiap lantai, desain dan perlakuan ruang dalam dan sebagainya.

sumber: Sumber : http://www.google.co.id/search?q=LATAR+BELAKANG+SEJARAH+PSIKOLOGI+LINGKUNGAN&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

Senin, 21 Februari 2011

METODE PENELITIAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN

1.Studi Korelasi
Seorang peneliti dapat menggunakan variasi dari metode korelasi, jika seorang peneliti berminat untuk memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi (Veitch & Arkkelin, 1995). Studi ini menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan atau peristiwa yang terjadi di alam nyata tanpa dipengaruhi oleh pengumpulan data.
Namun sesempurna apapun suatu studi juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari studi kasus adalah lemahnya validitas internal, berkebalikan dengan studi laboratorium yang memiliki tingkat validitas internal yang lebih tinggi, namun memliki validitas eksternal yang lebih rendah jika dibandingkan dengan studi korelasi.
2. Eksperiment Laboratorium
Jika peneliti tertarik untuk memastikan tingkat validitas internal yang tinggi, maka studi inilah yang sangat tepat (Veitch & Arkkelin, 1995). Metode ini member kebebasan kepada peneliti untuk melakuakn manipulasi secara sistematik dengan tujuan mengurangi variable-variabel yang mengganggu. Metode ini mengambil subjeknya secara random, yang berarti semua subjek memiliki kesempatan yang sama dalam semua keadaan eksperimen. Namun kelemahan dari metode ini salah satunya adalah hasil yang diperoleh di laboratorium belum pasti dapat diterpkan di luar laboratorium.
3. Eksperimen Lapangan
Metode ini adalah metode penengah antara Korekasi dengan Eksperiment Laboratorium. Asumsinya adalah jika peneliti ingin menyeimbangkan validitas internal yang didapat dalam eksperiment laboratorium dengan validitas eksternal yang didapat dari studi korelasi. Dalam metode ini peneliti tetap melakukan manipulasi sitematis, hanya bedanya peneliti juga harus member perhatian pada variable eksternal dalam suatu seting tertentu
4. Teknik-Teknik Pengukuran
Beberapa disajikan beberapa contoh tekhnik pengukuran dengan keunggulannya masing-masing, antara lain mudah dalam scoring, administrasi maupun dalam proses pembuatannya. Antara lain:
• Self-report
• Kuisioner
• Wawancara atau Interview
• Skala Penilaian
Sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf

PENDEKATAN TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN

1. TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN
• Arousal Theory (Teori Arousal)
Arousal memiliki arti harfiah yang berarti pembangkit. Pembangkit maknanya adalah gairah atau emosi individu untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya saja saat kita kuliah pada mata pelajaran yang tidak menyenangkan, atau materi yang tidak kita suka. Maka secara otomatis kita akan mengantuk atau merasa lelah lebih cepat. Hal tersebut bisa diartikan bahwa kita tidak memiliki arousal untuk mata kuliah tersebut. Berkaitan dengan Psikologi Lingkungan adalah, saat arousal seseorang itu rendah maka kinerja dari orang tersebut menurun, dan sebaliknya saat makin tinggi tingkat arousal seseorang maka semakin tinggi pula konerja nya.
• Teori Beban Lingkungan
Teori ini mengatakan bahwa manusia memiliki pemrosesan informasi yang terbatas. Menurut Cohen (Fisher, 1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995), asumsi tersebut adalah:
1. Bahwa manusia memiliki kapasitas pemrosesan informasi yang terbatas.
2. Jumlah Atensi yang diberikan orang tidak konstan, namun lebih kepada kesesuaian dengan kebutuhan.
3. Ketika informasi yang masuk berlebih, maka perhatian tidak akan bekerja secara maksimal.
4. Stimulus yang masuk akan dipantau, jika stimulus tersebut memiliki makna dan diperhatikan maka aka nada pemrosesan lebih jauh, namun jika tidak akan langsung dibuang atau tidak ada pemrosesan lebih lanjut.
Apabila informasi yang masuk lebih besar dari kapasitas maka akan terjadi yang dinamakan dengan pemusatan perhatian, contohnya saja saat kita sedang menjalani ujian tengah semester, kita akan lebih fokus mengerjakan soal ujian dan lebih cenderung mengabaikan keadaan sekitar sampai soal yang kita kerjakan selesai.
Namun jika sebaliknya, saat stimulus yang datang lebih kecil dari kapasitas dapat terjadi kebosanan pada diri individu. Karena kurangnya stimulus dalam lingkungan juga dapat dikaitkan dengan kemonoton-an informasi yang datang ke diri individu.

• Teori Hambatan Perilaku
Pendapat teori ini adalah stimulasi yang berlebihan menyebabkan terjadinya penghambatan dalam memproses informasi. Sehingga berakibat hilangnya control dari individu terhadap situasi.
Menurut Brehm dan Brehm (dalam Veitch & Arkkelin, 1995), awal saat kita merasakan hilang kendali atau control terhadap lingkungan, maka mula-mula kita akan merasa tak nyaman dan berusaha untuk menekankan kembali fungsi kendali kita. Hal ini disebut dengan fenomena psychological reactance.
• Teori Tingkat Adaptasi
Teori ini memiliki kemiripan dengan teori beban lingkungan, yang dimana stimulus yang tinggi maupun rendah memiliki dampak negativ bagi perilaku individu. Namun nilai lain dari teori ini adalah pengenalan tingkat adaptasi pada individu, misalnya tingkat arousal atau adaptasi individu terbiasa dengan keadaan lingkungan atau tingkat pengharapan suatu lingkungan tertentu.
Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) membagi 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan:
1. Intensitas, yang berhubungan dengan kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi psikologis individu.
2. Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru sedkitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan informasi. Jika berlebih maka dapat terjadi yang dinamakan overload dan jika terlalu sedikit maka dapat terjadi kemonotonan.
3. Keterpolaan, berkaitan dengan keteraturan suatu pola sehingga dapat atau tidak dapatnya diprediksi oleh individu. Semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individu, dan begitupun sebaliknya.
Teori Stress Lingkungan
Teori in lebih menekankan pada peran fisiologi, kognisi maupun emosi dalam usaha manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Stress dapat terjadi saat respon stress atau beban melebihi kapasitas tingkat optimal. Hal yang dapat membuat individu menjadi stress disebut dengan stressor. Namun individu memiliki hal yang disebut dengan coping. Jika sumber-sumber coping tersebut habis maka dapat terjadi exhausted atau yang biasa kita sebut dengan kelelahan (Selye dalam Veitch & Arkkelin, 1995).
Sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf
http://pdfcast.org/pdf/beberapa-teori-psikologi-lingkungan

Senin, 14 Februari 2011

D. Ambient Psikologi Lingkungan

D. Ambient Psikologi Lingkungan
Wrighstman dan Deaux (1981) hubungannya dengan lingkungan fisik dan membedakany dalam dua kualitas lingkungan:
1. Ambient Condision
Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, cahaya, warna, kualitas udara, temperature dan kelembapan.
2. Architectural Features
Seting-seting yang bersifat permanen seperti, suatu ruangan didalamnya terdapat konfigurasi dinding, lantai, atap serta pengaturan perabot dan dekorasi. Dalam suatu gedung terdapat Architectural features meliputi lay out tiap lantai desain dan perlakuan ruang dalam dan sebagainya.
Sumber : http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab1- pendahuluan.pdf

C.Lingkup Psikologi Lingkungan

C. Lingkup Psikologi Lingkungan
Menurut Proshansky (1974), psikologi lingkungan memberi perhatian terhadap manusia,tempat serta prilaku dengan seting fisik. Ruang lingkup psikologi lingkungan membahas :
- Rancangan (desain)
- Organisasi Pemaknaan
- Hal-hal spesifik seperti, ruang-ruang,bangun-bangun, rumah sakit dan ruangannya, perumahan, apartemen, museum, sekolahan dan lain-lain.
Sarwono, 1992, jenis-jenis lingkungan didalam sosiologi yang bererapa diantaranya terdapat pada psikologi lingkungan :
- Lingkungan alamiah (natural environment), seperti : laut, hutan dan sebagainya
- Lingkungan buatan/binaan (built environment), jalan raya,perumahan, rumah susun, taman dan sebagainya.
- Lingkungan sosial
- Lingkungan yang dimodifikasi
Sementara menurut Veitch dan Arkkelin (1995), Psikologi Lingkungan merupakan suatu area yg bercabang dari sejumlah disiplin seperti, biologi,geologi, psikologi, ekonomi,sosiologi, kimia,fisika,sejarah,beserta sub disiplin dan rekayasanya.

Sumber : http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab1- pendahuluan.pdf

Sabtu, 12 Februari 2011

definisi psikologi lingkungan

B. Definisi Psikologi Lingkungan
Didalam mendefinisikan psikologi lingkungan terdapat beragam pengertian. Psikologi Lingkungan merupakan cabang ilmu dari psikologi yang mempelajari lingkungan fisik. Psikologi Lingkungan adalah hubungan prilaku manusia dengan lingkungan fisik merupakan definisi dari tokoh Heimstra dan Mc Farling. Menurut Gifford, Psikologi lingkungan adalah sebuah studi yang mempelajari individu dengan seting fisiknya.
Teori yang berorientasi lingkunan dalam psikologi banyak dikaji dalam behavioristik. Teori psikologi lingkungan dipengaruhi oleh tradisi besar maupun diluar psikologi. Ada tiga teori yang disebut dengan Grand Theories yang sering diaplikasikan dalam psikologi lingkungan yaitu teroi kognitif, behavioristik dan medan. Sedangkan bagi Gestalt prilaku manusia diperoleh dari proses-proses persepsi.
Dalam Psikologi lingkungan terdapat teori yang berorientasi lingkungan, salah satu aplikasinya adalah geographical determinant yang memandang prilaku manusia lebih ditentukan oleh faktor lingkungan dimana manusia hidup apakah di pesisir, dipegunugan ataupun di daratan. Averill (dalam Fisher.1984) mengatakan bahwa ada beberapa tipe kontrol terhadap lingkungan yaitu kontrol prilaku, kontrol kognitif, dan kontrol lingkungan.

Sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf

latar belakang psikologi lingkungan

A. Latar Belakang Psikologi Lingkungan
Kurt Lewin adalah tokoh yang pertama kali memperkenalkan field Theory atau bisa disebut juga dengan Teori Medan. Teori ini merupakan salahs atu langkah awal dari teori yang memeprtimbangkan interaksi antara lingkungan dengan manusia. Tingkah laku menurut Lewin yaitu fungsi dari pribadi dan lingkungan. Lewin merumuskan tingkah laku sebagai berikut : TL= f (P,L)

Keterangan’y : TL : Tingkah Langku
f : fungsi
P : Pribadi
L : Lingkungan

Berdasarkan rumusannya P (Pribadi) dan L (Lingkungan) merupakan variable bebas yang mempengaruhi sedngkan TL (Tingkah Laku) merupakan variable terikat yang dipengaruhi. (Veitch dan Arkkelin, 1995). Lewin juga memberikan istilah yaitu ekologi psikologi atau psychological ecology. Kemudian Egon dan mahasiswanya juga menyumbang istilah yaitu psikologi ekologi (ecology psychological). Roger Barker dan Herbert tidak mau kalah merekapun ikut menyumbang dengan memperkenalkan istilah seting prilaku yang juga disebut sebagai behavioral setting untuk ekologi kecil dalam kehidupan sehari-hari. Psikologi Arsitektur pertama kali dikemukakan dalam konferensi di Utah pada tahun 1961-1966.

Sumber: http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab1- pendahuluan.pdf