Mereka bisa melihat dengan jelas isi dunia, mereka bisa berjalan menjelajahi isi dunia, tapi apa yang mereka bisa ketahui tentang indahnya kicau burung, tangisan seorang aktris di layar televisi atau bunyi alarm tanda kebakaran?
Tuna rungu dalam deskripsi yang dikeluarkan oleh WHO adalah mereka yang kehilangan keseluruhan kemampuan untuk mendengar baik dari salah satu atau kedua telinganya. Data WHO tahun 2005 menunjukkan bahwa 278 juta penduduk dunia mengalamai kehilangan pendengaran di kedua telinganya dari tingkatan sedang hingga berat. Secara fisik, teman-teman dari tuna rungu memang tidak terlihat mengalamai hambatan, namun tanpa kita sadari kelompok ini termasuk yang sangat sulit mengakses lingkungannya. Karakter mereka yang -pada umumnya- juga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara oral, dan bahkan pada banyak penderita tuna rungu sangat mempengaruhi kemampuan mereka memahami kalimat, menyebabkan mereka sulit untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang -mau tidak mau harus kita sadari -dibangun sebagai lingkungan dengan budaya lisan.
Dari karakter tuna rungu tersebut, kita dapat memahami bahwa apa yang hingga ini sulit mereka dapatkan adalah akses terhadap informasi. Pertanyaannya kemudian adalah apa yang dapat kita lakukan untuk merubah kondisi tersebut menjadi lebih baik? Beberapa contoh dalam berbagai bidang berikut ini barangkali dapat menjadi sebuah wawasan maupun pemicu kreatifitas dalam menciptakan aksesibilitas informasi untuk semua tanpa terkecuali bagi tuna rungu.
Aksesibilitas informasi Pada Sistem Transportasi
Aksesibilitas informasi pada sistem transportasi dibeberapa negara telah terpenuhi melalui pemasangan signage informasi yang interaktif. Pada stasiun-stasiun kereta api,subway dan monorail di Jepang misalnya, setiap informasi waktu kedatangan kereta, saat kereta datang, dan nama kereta ditampilkan melalui rambu elektronik yang terdapat di peron atau emplacement kereta. Begitu pula di dalam kereta, informasi pemberhentian (stasiun) berikutnya tidak saja diinformasikan melalui speaker yang ada, tetapi juga ditampilkan melalui teks di layar yang terdapat di atas pintu.
Aksesibilitas informasi Pada Televisi
Mungkin kita masih ingat beberapa tahun yang lalu, acara berita di televisi kita pernah dilengkapi dengan panduan bahasa isyarat. Meskipun tidak bertahan cukup lama, namun paling tidak menjadi contoh yang baik sebagai salah satu metode aksesibilitas informasi pada televisi. Di Jepang, selain menggunakan bahasa isyarat, pemunculan teks dan penataan layout teks pada layar televisi ternyata sangat membantu tuna rungu untuk memahami sebuah program acara. Misalkan pada sebuah program acara dialog, maka nama setiap pembicara dimunculkan sesuai dengan posisi diduduknya atau menggunakan warna yang berbeda-beda. Pemunculan nama pembicara seperti yang saat ini diterapkan pada televisi kita -dimana teks selalu muncul di sisi kanan televisi, ternyata menyulitkan tuna rungu mengenali tokoh yang memiliki nama tersebut. Memang tidak semua acara di televisi di Jepang sekalipun menerapkan metode ini, namun stasiun televisi NHK sebagai contoh menyiarkan rangkuman berita-berita satu hari tersebut dalam sebuah acara khusus selama lebih kurang 30 menit dengan bahasa isyarat dan teks. Satu hal lagi yang sangat membantu adalah setiap program yang dapat diikuti oleh tuna rungu diinformasikan melalui buku panduan program acara televisi.
Aksesibilitas informasi pada seni pertunjukkan dan konferensi
Tuna rungu dan seni barangkali bukanlagi menjadi sesuatu yang asing. Beberapa kelompok tuna rungu di Indonesia maupun dari luar negeri telah sering kali menunjukkan kemampuannya dalam berkesenian seperti seni tari dan teater, namun seringkali kita belum bisa memahami isi dari pertunjukkan yang mereka bawakan, begitu juga mereka ketika menyaksikan pertunjukkan seni pada umumnya. Sehingga untuk menyampaikan informasi yang ada dalam seni pertunjukkan, ada beberapa metode yang telah dicoba dilakukan oleh mahasiswa dari matakuliah Aksesibilitas Lingkungan, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM. Metode ini terdiri dari dua bagian yaitu sebelum pertunjukkan dan saat pertunjukkan berlangsung. Sebelum pertunjukkan, sebaiknya setiap penonton-termasuk tuna rungu, mendapatkan buku panduan pertunjukkan, yang paling tidak berisikan deskripsi pertunjukkan, dialog lengkap pertunjukkan, deksripsi dan ilustrasi karakter-karakter yang akan tampil, dan deskripsi elemen-elemen lain yang ikut melengkapi pertunjukkan, seperti background setting dan lain sebagai nya. Sedangkan saat pertunjukkan, setting penonton harus memberikan pandangan yang terfokus pada pertunjukkan. Teman-teman tuna rungu ditempatkan pada satu kelompok sendiri yang nantinya akan dipandu oleh penerjemah bahasa isyarat. Penggunaan teks yang disederhanakan melalui layar juga akan membantu tuna rungu maupun kelompok penonton yang lain untuk mengikuti jalannya pertunjukkan. Penggunaan teknologi yang lebih maju pada pertunjukkan seni telah dilakukan di sebuah gedung teater boneka …..di Jepang, dimana penonton dapat membaca teks dialog dari layar kecil yang terdapat di belakang sandaran kursi penonton di depannya. Hal yang sama juga telah menjadi standar pada konferensi-konferensi internasional, seperti pada Universal Design 2006 Conference yang berlangsung di Kyoto, 22-26 Oktober 2006 lalu. Setiap sesi presentasi di semua ruangan selalu dilengkapi oleh penerjemah bahasa isyarat dan running teks dalam bahasa inggris dan jepang untuk mendampingi terjemahan lisan yang ada.
Banyak contoh-contoh di atas yang barangkali dianggap sulit untuk diterapkan di Indonesia, karena sangat terkait dengan ketersediaan teknologi, sumber daya manusia , dan sistem; namun semangat dan kreatifitas yang dimiliki banyak pihak barangkali akan dapat memecahkan masalah-masalah tersebut. Dan tentu saja, sebuah pola berfikir yang menyakini bahwa desain yang aksesibel untuk tuna runggu juga akan sangat berguna bagi yang lain,.bisa memperingan langkah kita untuk mewujudkan aksesibilitas untuk semua, bahkan hingga taraf desain yang universal.
sumber : http://ftri.youneed.us/ketika-tuna-rungu-membaca-dunia-n3.htm
Selasa, 11 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar