Neurofeedback adalah ‘pelatih’ otak yang sangat efektif; bisa membaca kemampuan otak sekaligus menuntun anak agar bisa berprestasi sebaik-baiknya. Terapi ini meluruskan aktivitas otak yang error, baik yang melempem ataupun yang hiperaktif. Setiap kali otak berhasil meningkatkan kerjanya, ‘pelatih’ ini akan memberi umpan balik atau feedback, semacam bonus.

Si ‘pelatih’ yang satu ini tidak cerewet. Ia mengajar tanpa menghamburkan kata-kata atau gerakan, sehingga murid bisa mengikuti pelatihannya sambil duduk dengan anteng. Dia bahkan tidak bisa bicara, karena berwujud seperangkat mesin yang mengekspresikan diri melalui layar monitor komputer/laptop. Namanya EEG Neurofeedback.
Perangkat EEG (electro encephalogram) sudah cukup lama dipakai dalam dunia kedokteran. Biasanya seorang dokter ahli saraf menggunakan perangkat EEG untuk merekam aktivitas listrik sel-sel otak pasiennya. Dalam grafik rekaman frekuensi gelombang otak tersebut, bisa dibaca aktivitas otak pada saat itu. Misalnya gelombang beta (otak dalam kondisi aktif berpikir), alpha (otak dalam keadaan lebih rileks), tetha (otak sangat tenang dan penuh ide spontan), dan gelombang delta ketika otak masuk fase tidur pulas disertai mimpi. Bedanya dengan EEG yang sudah dikenal luas, EEG Neu-rofeedback ini sekaligus mampu menyaring gelombang otak yang error, misalnya hubungan sel saraf yang over connected, yang mencetuskan gejala obsessive compulsive behavior pada penderitanya (contohnya mencuci tangan berulang-ulang) atau justru ‘kurang nyambung’ sehingga perhatian para penderita menjadi tidak fokus.

Gelombang otak yang error akan tertangkap alat penguat (amplifier) dan diperlihatkan lewat layar monitor komputer dalam bentuk gambar disertai suara. Berdasarkan feedback tersebut otak akan dituntun dan dilatih untuk beraktivitas ke arah normal. Dengan demikian gejala yang dialami pasien akan semakin berkurang.

Singkatnya, perangkat ini merupakan strategi pembelajaran otak yang memungkinkan seseorang untuk mengubah gelombang otaknya. Selajutnya lewat alat ini, orang tersebut melakukan latihan otak (brain exercise) untuk memperbaikinya.

“Neurofeedback akan melatih otak untuk memantapkan aliran atau gelombang otak sehingga memungkinkan seseorang tampil secara optimal. Melalui proses latihan inilah synaptic connection (pengaliran gelombang listrik oleh sel-sel saraf) akan dikembalikan pada struktur normalnya. Jika ini bisa terlaksana maka kemampuan kognitif dan emosi seseorang menjadi lebih mantap. Performa pun menjadi lebih baik,” tutur Dr Joseph Guan dalam seminar memperkenalkan terapi EEG Neurofeedback yang diselenggarakan ICSCE bulan April lalu di Jakarta.
Terapi Neurofeedback dapat membantu bagi anak-anak dengan special needs.

sumber : www.nirmalamagazine.com dan http://dyahanggraini.ngeblogs.com/2010/04/20/terapi-neurofeedback/